PENDARAHAN
KARENA INFEKSI GINJAL TERATASI DG PROPOLIS
PENDARAHAN
KARENA INFEKSI GINJAL TERATASI DG PROPOLIS
“Istri saya mengalami masalah infeksi ginjal
sehingga mengalami perdarahan. Lalu saya diperkenalkan oleh teman saya untuk
mencoba Propolis, ternyata alhamdulillah dalam waktu satu bulan setelah
mengonsumsi kurang lebih 2 botol perdarahannya berhenti dan kini sudah sembuh
total dari penyakitnya. Padalah kalau saya membawa istri saya berobat di rumah
sakit mungkin bisa habis 3 jutaan. “
–Dadin
Nazarudin–(Quality Inspector - Cimahi)
PROPOLIS
MENYEMBUHKAN GAGAL GINJAL AKUT
Propolis
Platinum merupakan propolis cair tanpa kandungan alkohol yang berasal dari
negara Brazil dan dikenal sebagai propolis hijau terbaik yang dihasilkan di
dunia. Propolis mengandung flavonoid dengan kadar tinggi, yang membantu
meningkatkan sistem imun. Penurunan sistem imun menyebabkan tubuh mudah
terserang penyakit. Pengunaan Propolis Platinum secara teratur akan membantu
meningkatkan sistem imun. Flavonoid merupakan komponen tumbuhan yang memiliki
sifat sebagai bahan-bahan antijamur, antibakteri, antivirus, antioksidan dan
anti-inflamasi dengan berkualitas tinggi. Bisa digunakan untuk pengobatan
diabetes melitus,stroke, hepatitis,kanker, hipertensi, tuberkulosis, batu
ginjal, hiv / aids.
=======
Propolis menyembuhkan Gagal ginjal akut
Kejang
dan kaku akhirnya menyingkap tabir gagal ginjal bagi seorang pasien di Surabaya, Jawa
Timur. Di rumah sakit, barulah terkuak rahasia kejang dan kaku itu. Dokter
mendiagnosis fungsi gagal positif turun. Di tubuh pria berusia 16 tahun itu
terdeteksi penumpukan sisa metabolism protein dan kekurangan elektrolit. Untuk
menjaga keseimbangan cairan tubuh dokter member suntikan elektrolit.
Sejak
itu remaja tersebut mengkonsumsi obat-obatan dan mengecek kesehatan sebulan
sekali. Beraktivitas berat pun terlarang. Menu makanannya juga diatur,
terlarang mengkonsumsi makanan berprotein tinggi. Tujuannya supaya ginjal tidak
bekerja terlalu berat dalam membuang sisa-sisa metabolism protein. Konsumsi
protein ditakar hanya 40 gr sehari.
Selama 3
tahun ia hidup dibawah pengawasan dokter. Meski demikian kesehatan pasien itu
menurun akibat mengikuti banyak kegiatan bimbingan belajar sehingga sering
pulang malam dan pola makanpun tidak terkontrol. Fungsi ginjal bukan lagi
turun, tetapi positif gagal ginjal. Hasil pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan kadar kreatinin dalam darah mencapai 12 mg/dl, kadar normal 0.6-12
mg/dl. Solusinya cuci darah 2 kali sepekan. Saat ini biaya sekali cuci darah
berkisar Rp.800.000. Menghindari cuci darah ternyata beresiko tinggi.
Buktinya
berselang 2 hari setelah menolak saran dokter, kadar kreatinin semakin
melonjak, 15 mg/dl. Dokter mengingatkan lagi untuk segera cuci darah. Bila
dibiarkan, kreatinin akan meracuni organ tubuh lain. Opsi lain, berupa
transplantasi ginjal dengan biaya mencapai Rp.400juta. Salah satu dari orangtua
pasien harus rela menyumbangkan ginjal.
Menurut
dr. Sidi Aritjahja, dokter di Yogyakarta, gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal
menyaring dan mengeluarkan zat-zat racun, sperti kreatinin dari tubuh sehingga menumpuk dalam
darah. Kadar kreatinin tinggi menandakan organ yang mirip seperti biji kacang
merah itu gagal bekerja. Kondisi ini berbahaya karena bisa meracuni organ tubuh
lain. Oleh sebab itulah penderita gagal ginjal harus menjalani cuci darah. Oleh
karena itu pasien di Surabaya itu menuruti saran dokter, yakni opname sekaligus
melakukan cuci darah rutin 2 kali sepekan.
Frekuensi
cuci darah setiap 5 hari sekali. Selain itu penderita gagal ginjal harus tetap
menjaga menu makanan supaya pencernaannya tidak membertkan kerja ginjal.Pasien itu akhirnya mengkonsumsi 1 sendok makan
propolis yang dicampurkan dalam 50 cc air. Frekuensi 3 kali sehari sebelum
makan. Satu setengah bulan rutin mengkonsumsi propolis, khasiat propolis mulai
tampak. Kadar kreatinin turun di bawah 10 mg/dl sehingga tidak perlu cuci
darah.
Hasil
itu merupakan kabar gembiar. Cuci darah berhenti sama sekali setelah setahun
rutin mengkonsumsi propolis. Pemeriksaan laboratorium terakhir, pada
pertengahan 2008, menunjukkan kadar keratin turun menjadi 4 mg/dl. Meski
demikian konsumsi propolis dilanjutkan sampai sekarang. Selain tak perlu cuci
darah, konsumsi propolis juga meningkatkan stamina.Menurut Prof.Dr. Mustofa MKes Apt, periset di
Badan Farmakologi & Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,
sifat antioksidan pada propolis lantaran mengandung senyawa flavanoid dan
polifenol. Senyawa
aktif itu melindungi tubuh dari gempuran radikal bebas penyebab kerusakan sel.
Dengan terlindungnya ginjal dari kerusakan parah maka proses regenerasi sel pun
bisa lebih mudah berjalan.
Stadium penyakit ginjal
Pada
2002, National Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan yang
menetapkan lima stadium chronic kidney disease (CKD) berdasarkan ukuran GFR
yang menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan yang berbeda untuk
masing-masing stadium penyakit ginjal.
Glomerular Filtration Rate (GFR) adalah hitungan yang menandai tingkat efisiensi
penyaringan bahan ampas dari darah oleh ginjal. Kreatinin adalah bahan ampas dalam darah yang
dihasilkan oleh penguraian sel otot secara normal selama kegiatan. Ginjal yang
sehat menghilangkan kreatinin dari darah dan memasukkannya pada air seni untuk
dikeluarkan dari tubuh. Bila ginjal tidak bekerja sebagaimana mestinya, kreatinin
bertumpuk dalam darah
*
Risiko CKD meningkat. GFR 90 atau lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR
normal, kita mungkin berisiko lebih tinggi terhadap CKD bila kita diabetes,
mempunyai tekanan darah yang tinggi, atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit
ginjal. Semakin tua kita, semakin tinggi risiko. Orang berusia di atas 65 tahun
dua kali lipat lebih mungkin mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di
antara 45 dan 65 tahun. Orang Amerika keturunan Afrika lebih berisiko
mengembangkan CKD.
*
Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada
ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit
ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan
mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
*
Stadium 2: Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat
fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD
kita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain.
*
Stadium 3: Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada
stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya
bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
*
Stadium 4: Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk
komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk
kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita
memilih hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan
memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum
secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam
perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman
menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
*
Stadium 5: Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja
cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau
pencangkokan ginjal.
Selain
memantau GFR, tes darah dapat menunjukkan apakah zat-zat tertentu dalam darah
kurang berimbang. Bila tingkat fosforus atau kalium mulai naik, sebuah tes
darah akan mendesak dokter untuk menangani masalah ini sebelum mempengaruhi
kesehatan kita secara permanen.
Sumber
: Myhealth Trubus
TESTIMONI
GAGAL GINJAL, STOP CUCI DARAH
Sumber:
‘http://www.trubus-online.co.id/trindo3/index.php?option=com_content&view=article&id=4478:stop-cuci-darah&catid=115:obat-tradisional&Itemid=506′
Adhitya Tri Wardhana kejang, seluruh badan kaku, dan lemas. Ternyata itu gejala gangguan fungsi ginjal sehingga mesti cuci darah.
Acara liburan kelulusan sekolah di Bali pun riuh, guru dan teman-teman yang tengah asik bermain panik. Mereka membawa Adhitya yang saat itu berusia 16 tahun ke rumahsakit. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan fungsi ginjal Adhitya positif turun. Di tubuhnya terdeteksi penumpukan sisa metabolisme protein dan kekurangan elektrolit. Itulah sebabnya dokter memberi suntikan elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kondisi kesehatan yang tidak bagus memaksa Adhitya mengakhiri liburannya lebih cepat dan pulang ke Surabaya, Jawa Timur. Wiwik Sudarwati MPd, ibunda Adhitya, tidak percaya jika ginjal anaknya bermasalah. “Waktu berangkat ke Bali, Adhitya masih segar bugar. Tetapi kok tiba-tiba sakit,” kata ibu 3 anak itu. Oleh karena itu Wiwik kembali membawa Adhitya ke Rumahsakit Sint Vincentius a Paulo (sohor dengan nama RKZ atau Roomsch Katholiek Ziekenhuis), Surabaya. Hasil diagnosis dokter sama saja: bungsu tiga bersaudara itu mengalami gangguan fungsi ginjal.
Sejak itu Adhitya rutin mengkonsumsi obat-obatan dan mengecek kesehatan sebulan sekali. Beraktivitas berat pun terlarang. Menu makanannya juga diatur. Adhitya menghindari konsumsi makanan berprotein tinggi. Tujuannya supaya ginjal tidak bekerja terlalu berat dalam membuang sisa-sisa metabolisme protein. “Adhitya hanya boleh mengkonsumsi protein 40 g sehari,” kata Wiwik.
Cuci darah
Hampir 3 tahun Adhitya hidup di bawah pengawasan dokter. Selama itu ia tidak mengalami keluhan sakit. Namun, menjelang pelulusan SMA, kesehatan pria yang kini berusia 22 tahun itu drop. Saat itu ia mengikuti banyak kegiatan bimbingan belajar sehingga sering pulang malam dan pola makanan pun tidak terkontrol. Akibatnya, Adhitya kembali menginap di rumah sakit.
Dokter mendiagnosis positif gagal ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kreatinin dalam darah tinggi mencapai 12 mg/dl, kadar normal 0,6—1,2 mg/dl. Solusinya cuci darah 2 kali sepekan. Saat ini biaya sekali cuci darah berkisar Rp800.000. Namun, keluarga memutuskan Adhitya untuk mengkonsumsi obat-obatan. Pilihan itu ternyata berisiko tinggi.
Buktinya berselang 2 hari setelah menolak saran dokter, Adhitya kembali menjalani pemeriksaan darah. Hasilnya, kadar kreatinin semakin melonjak, 15 mg/dl . Dokter mengingatkan lagi untuk segera cuci darah. Bila dibiarkan, kreatinin akan meracuni organ tubuh lain. Dokter juga memberikan opsi lain, yaitu transplantasi ginjal. Salah satu dari orangtua Adhitya harus rela menyumbangkan ginjal kepada sang anak. “Biayanya mencapai Rp400-juta,” ujar Wiwik.
Menurut dr Sidi Aritjahja, dokter di Yogyakarta, gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal menyaring dan mengeluarkan zat-zat racun, seperti kreatinin, dari tubuh sehingga menumpuk dalam darah. Kadar kreatinin tinggi menandakan organ yang mirip seperti biji kacang merah itu gagal bekerja. Kondisi itu berbahaya karena bisa meracuni organ tubuh lain. Oleh sebab itulah penderita gagal ginjal harus menjalani cuci darah.
Kali ini, Adhitya manut terhadap saran dokter. Ia dirawat-inap dan melakukan cuci darah rutin 2 kali sepekan. Setelah 18 hari menginap di rumahsakit, dokter mengizinkan Adhitya pulang. Namun, setiap 5 hari sekali ia harus kembali untuk cuci darah. Selain itu ia juga harus tetap menjaga menu makanan supaya pencernaannya tidak memberatkan kerja ginjal.
Propolis
Pada pertengahan 2007, Wiwik bertemu salah satu rekannya, Baktiono. Ketika itulah Baktiono menyarankan kepada Wiwik agar memberikan propolis untuk mengobati Adhitya. Menurut Baktiono konsumsi propolis bagus untuk meringankan beragam penyakit. Propolis merupakan produk yang dihasilkan lebah Apis cerana dan Apis mellifera. Jika madu terdapat di dalam sarang heksagonal; propolis di luar sarang. Menurut Ir Hotnida CH Siregar MSi, ahli lebah dari Institut Pertanian Bogor, lebah pekerja mengolah propolis dari berbagai bahan seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan.
Tertarik dengan saran itu, Wiwik lantas membeli 1 botol propolis. Ia kemudian menyuruh Adhitya mengkonsumsinya 3 kali sehari sebelum makan. Dosis sekali minum 1 sendok makan propolis yang dicampurkan dalam 50 cc air. S atu setengah bulan rutin mengkonsumsi propolis, Adhitya melakukan cek darah. Hasilnya positif, kadar kreatin turun di bawah 10 mg/dl. Menurut dokter yang memeriksa kadar kreatin di bawah 10 mg/dl tidak perlu cuci darah.
Hasil itu merupakan kabar gembira bagi Adhitya dan keluarga. Bahkan setahun rutin mengkonsumsi propolis, ia pun tak pernah lagi diwajibkan untuk cuci darah. Pemeriksaan laboratorium terakhir, pada pertengahan 2008, menunjukkan kadar kreatin turun menjadi 4 mg/dl. Sejak itu Adhitya rutin mengkonsumsi propolis sampai sekarang. Selain tak perlu cuci darah, konsumsi propolis juga meningkatkan stamina. Dulu Adhitya sering lemas dan cepat capai. Sekarang kondisinya lebih energik dan fit. Mahasiswa di Universitas Bhayangkara itu pun leluasa beraktivitas sehari-hari. “Dulu ke mana-mana harus diantar, sekarang sudah bisa pergi sendiri,” kata Wiwik.
Dengan rutin mengkonsumsi propolis, Adhitya kini terbebas dari cuci darah. Menurut Liu CF, periset di National Taipei College of Nursing, antioksidan propolis mampu melindungi ginjal dari kerusakan parah. Khasiat itu dibuktikan Liu secara in vivo pada hewan percobaan. Ia menguji 2 kelompok tikus yang menderita gagal ginjal akut. Satu kelompok diberi propolis; kelompok lain, tanpa propolis.
Sejam setelah pemberian propolis, Liu lalu mengamati tingkat kerusakan ginjal tikus. Hasilnya, kerusakan ginjal kelompok yang tidak mengkonsumsi propolis lebih parah ketimbang kelompok yang mendapatkan asupan propolis. Itu ditandai dengan meningkatnya kadar malondialdehid (MDA) dalam ginjal tikus. Kadar malondialdehid tinggi mengindikasikan terjadinya stres oksidatif yang bisa memicu kerusakan ginjal.
Menurut Prof Dr Mustofa Mkes Apt, periset di Bagian Farmakologi & Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, sifat antioksidan pada propolis lantaran mengandung senyawa flavonoid dan polifenol. Senyawa aktif itu melindungi tubuh dari gempuran radikal bebas penyebab kerusakan sel. Dengan terlindungnya ginjal dari kerusakan parah maka proses regenerasi sel pun bisa lebih mudah berjalan. Adhitya Tri Wardhana merasakan manfaat itu. Ia terbebas dari cuci darah sejak rutin mengkonsumsi propolis. (Ari Chaidir/Peliput: Rosy Nur Apriyanti)
Adhitya Tri Wardhana kejang, seluruh badan kaku, dan lemas. Ternyata itu gejala gangguan fungsi ginjal sehingga mesti cuci darah.
Acara liburan kelulusan sekolah di Bali pun riuh, guru dan teman-teman yang tengah asik bermain panik. Mereka membawa Adhitya yang saat itu berusia 16 tahun ke rumahsakit. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan fungsi ginjal Adhitya positif turun. Di tubuhnya terdeteksi penumpukan sisa metabolisme protein dan kekurangan elektrolit. Itulah sebabnya dokter memberi suntikan elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kondisi kesehatan yang tidak bagus memaksa Adhitya mengakhiri liburannya lebih cepat dan pulang ke Surabaya, Jawa Timur. Wiwik Sudarwati MPd, ibunda Adhitya, tidak percaya jika ginjal anaknya bermasalah. “Waktu berangkat ke Bali, Adhitya masih segar bugar. Tetapi kok tiba-tiba sakit,” kata ibu 3 anak itu. Oleh karena itu Wiwik kembali membawa Adhitya ke Rumahsakit Sint Vincentius a Paulo (sohor dengan nama RKZ atau Roomsch Katholiek Ziekenhuis), Surabaya. Hasil diagnosis dokter sama saja: bungsu tiga bersaudara itu mengalami gangguan fungsi ginjal.
Sejak itu Adhitya rutin mengkonsumsi obat-obatan dan mengecek kesehatan sebulan sekali. Beraktivitas berat pun terlarang. Menu makanannya juga diatur. Adhitya menghindari konsumsi makanan berprotein tinggi. Tujuannya supaya ginjal tidak bekerja terlalu berat dalam membuang sisa-sisa metabolisme protein. “Adhitya hanya boleh mengkonsumsi protein 40 g sehari,” kata Wiwik.
Cuci darah
Hampir 3 tahun Adhitya hidup di bawah pengawasan dokter. Selama itu ia tidak mengalami keluhan sakit. Namun, menjelang pelulusan SMA, kesehatan pria yang kini berusia 22 tahun itu drop. Saat itu ia mengikuti banyak kegiatan bimbingan belajar sehingga sering pulang malam dan pola makanan pun tidak terkontrol. Akibatnya, Adhitya kembali menginap di rumah sakit.
Dokter mendiagnosis positif gagal ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kreatinin dalam darah tinggi mencapai 12 mg/dl, kadar normal 0,6—1,2 mg/dl. Solusinya cuci darah 2 kali sepekan. Saat ini biaya sekali cuci darah berkisar Rp800.000. Namun, keluarga memutuskan Adhitya untuk mengkonsumsi obat-obatan. Pilihan itu ternyata berisiko tinggi.
Buktinya berselang 2 hari setelah menolak saran dokter, Adhitya kembali menjalani pemeriksaan darah. Hasilnya, kadar kreatinin semakin melonjak, 15 mg/dl . Dokter mengingatkan lagi untuk segera cuci darah. Bila dibiarkan, kreatinin akan meracuni organ tubuh lain. Dokter juga memberikan opsi lain, yaitu transplantasi ginjal. Salah satu dari orangtua Adhitya harus rela menyumbangkan ginjal kepada sang anak. “Biayanya mencapai Rp400-juta,” ujar Wiwik.
Menurut dr Sidi Aritjahja, dokter di Yogyakarta, gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal menyaring dan mengeluarkan zat-zat racun, seperti kreatinin, dari tubuh sehingga menumpuk dalam darah. Kadar kreatinin tinggi menandakan organ yang mirip seperti biji kacang merah itu gagal bekerja. Kondisi itu berbahaya karena bisa meracuni organ tubuh lain. Oleh sebab itulah penderita gagal ginjal harus menjalani cuci darah.
Kali ini, Adhitya manut terhadap saran dokter. Ia dirawat-inap dan melakukan cuci darah rutin 2 kali sepekan. Setelah 18 hari menginap di rumahsakit, dokter mengizinkan Adhitya pulang. Namun, setiap 5 hari sekali ia harus kembali untuk cuci darah. Selain itu ia juga harus tetap menjaga menu makanan supaya pencernaannya tidak memberatkan kerja ginjal.
Propolis
Pada pertengahan 2007, Wiwik bertemu salah satu rekannya, Baktiono. Ketika itulah Baktiono menyarankan kepada Wiwik agar memberikan propolis untuk mengobati Adhitya. Menurut Baktiono konsumsi propolis bagus untuk meringankan beragam penyakit. Propolis merupakan produk yang dihasilkan lebah Apis cerana dan Apis mellifera. Jika madu terdapat di dalam sarang heksagonal; propolis di luar sarang. Menurut Ir Hotnida CH Siregar MSi, ahli lebah dari Institut Pertanian Bogor, lebah pekerja mengolah propolis dari berbagai bahan seperti pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan.
Tertarik dengan saran itu, Wiwik lantas membeli 1 botol propolis. Ia kemudian menyuruh Adhitya mengkonsumsinya 3 kali sehari sebelum makan. Dosis sekali minum 1 sendok makan propolis yang dicampurkan dalam 50 cc air. S atu setengah bulan rutin mengkonsumsi propolis, Adhitya melakukan cek darah. Hasilnya positif, kadar kreatin turun di bawah 10 mg/dl. Menurut dokter yang memeriksa kadar kreatin di bawah 10 mg/dl tidak perlu cuci darah.
Hasil itu merupakan kabar gembira bagi Adhitya dan keluarga. Bahkan setahun rutin mengkonsumsi propolis, ia pun tak pernah lagi diwajibkan untuk cuci darah. Pemeriksaan laboratorium terakhir, pada pertengahan 2008, menunjukkan kadar kreatin turun menjadi 4 mg/dl. Sejak itu Adhitya rutin mengkonsumsi propolis sampai sekarang. Selain tak perlu cuci darah, konsumsi propolis juga meningkatkan stamina. Dulu Adhitya sering lemas dan cepat capai. Sekarang kondisinya lebih energik dan fit. Mahasiswa di Universitas Bhayangkara itu pun leluasa beraktivitas sehari-hari. “Dulu ke mana-mana harus diantar, sekarang sudah bisa pergi sendiri,” kata Wiwik.
Dengan rutin mengkonsumsi propolis, Adhitya kini terbebas dari cuci darah. Menurut Liu CF, periset di National Taipei College of Nursing, antioksidan propolis mampu melindungi ginjal dari kerusakan parah. Khasiat itu dibuktikan Liu secara in vivo pada hewan percobaan. Ia menguji 2 kelompok tikus yang menderita gagal ginjal akut. Satu kelompok diberi propolis; kelompok lain, tanpa propolis.
Sejam setelah pemberian propolis, Liu lalu mengamati tingkat kerusakan ginjal tikus. Hasilnya, kerusakan ginjal kelompok yang tidak mengkonsumsi propolis lebih parah ketimbang kelompok yang mendapatkan asupan propolis. Itu ditandai dengan meningkatnya kadar malondialdehid (MDA) dalam ginjal tikus. Kadar malondialdehid tinggi mengindikasikan terjadinya stres oksidatif yang bisa memicu kerusakan ginjal.
Menurut Prof Dr Mustofa Mkes Apt, periset di Bagian Farmakologi & Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, sifat antioksidan pada propolis lantaran mengandung senyawa flavonoid dan polifenol. Senyawa aktif itu melindungi tubuh dari gempuran radikal bebas penyebab kerusakan sel. Dengan terlindungnya ginjal dari kerusakan parah maka proses regenerasi sel pun bisa lebih mudah berjalan. Adhitya Tri Wardhana merasakan manfaat itu. Ia terbebas dari cuci darah sejak rutin mengkonsumsi propolis. (Ari Chaidir/Peliput: Rosy Nur Apriyanti)
TESTIMONI
DIABETES, GINJAL, GANGGUAN PENGLIHATAN
Diabetes, Ginjal, Gangguan Penglihatan
ABDUL MULKI, Praja Dalam Kebayoran Lama: “Orang
tua saya berusia lebih kurang 70 tahun. Beliau menderita diabet akut sehingga
merambah ke gagal ginjal dan gangguan penglihatan. Karena gagal ginjal, orang
tua saya harus cuci darah seminggu dua kali.
Awalnya kakak saya hanya dikasih 2 botol Melia Propolis oleh temannya (Pak Havizd) untuk diteteskan ke mata. Satu minggu kemudian ketika mau cuci darah, ibu saya sudah dapat melihat dengan jelas. Akhirnya kakak saya langsung memesan Propolis untuk Ibu. Alhamdulillah setelah mengonsumsi keduanya secara teratur selama 6 bulan, sekarang ibu saya sudah tidak cuci darah lagi. Fungsi ginjalnya sudah membaik. Yang luar biasa, kedua kaki ibu saya yang luka-luka akibat diabet akut, sekarang sudah sembuh.
Awalnya kakak saya hanya dikasih 2 botol Melia Propolis oleh temannya (Pak Havizd) untuk diteteskan ke mata. Satu minggu kemudian ketika mau cuci darah, ibu saya sudah dapat melihat dengan jelas. Akhirnya kakak saya langsung memesan Propolis untuk Ibu. Alhamdulillah setelah mengonsumsi keduanya secara teratur selama 6 bulan, sekarang ibu saya sudah tidak cuci darah lagi. Fungsi ginjalnya sudah membaik. Yang luar biasa, kedua kaki ibu saya yang luka-luka akibat diabet akut, sekarang sudah sembuh.
TESTIMONI
INFEKSI GINJAL DADIN NAZARUDIN (QUALITY INSPECTOR - CIMAHI)
“Istri
saya mengalami masalah infeksi ginjal sehingga mengalami perdarahan. Lalu saya
diperkenalkan oleh teman saya untuk mencoba Propolis, ternyata alhamdulillah
dalam waktu satu bulan setelah mengonsumsi kurang lebih 2 botol perdarahannya
berhenti dan kini sudah sembuh total dari penyakitnya. Padalah kalau saya
membawa istri saya berobat di rumah sakit mungkin bisa habis 3 jutaan. “
–Dadin Nazarudin–
(Quality Inspector - Cimahi)
(Quality Inspector - Cimahi)
0 komentar:
Posting Komentar